Welcome To My Blog

Welcome To My Blog

Jumat, 10 Desember 2010

Nge-Blog di Kalangan Anak Muda

Menciptakan Media untuk Massa

Oleh: Yogi Satya Hardi


Blog, awalnya lahir dari “dunia bawah“. Dunia “iseng“ yang dianggap main-main oleh kalangan mapan. Saat membaca blog sering terlintas di pikiran kita: bagaimana orang bisa seterbuka itu mengungkapkan sesuatu tentang dirinya? Bagaimana mungkin sebuah catatan harian yang personal boleh dibaca di seluruh penjuru dunia?


Apalagi di kampung kita Indonesia ini, awalnya budaya baca dan tulis masih didominasi oleh kalangan tertentu saja. Tapi kehadiran media internet telah melahirkan banyak potensi. Banyak orang yang awalnya sulit menjual barang, ada internet eh…jadi solusi. Ada orang yang suka menulis, tapi sulit mendapat apresiasi, kemudian dengan internet…eh muncul solusi lagi. Secuil ide kita begitu diapresiasi oleh sesama pengguna internet, sehingga semakin tinggi rasa percaya diri untuk menjadi seorang penulis. Walaupun tidak menjadi penulis kaliber, tapi cukup dengan rajin menulis seseorang akan disebut penulis bukan??? Hahahaha

Ketika saya masih kuliah di Jakrta sekitar 7 tahun lalu, saya baru mengetahui apa itu yang namanya Blog. Diawali saat mengenal situs Blogger.com, di sana saya lihat situs ini sangat simpel dan gampang digunakan oleh anak SMP sekalipun. Cukup mengisi email dan password yang anda punya, anda sudah mempunyai sebuah blog sendiri lengkap dengan domain nama anda.

Dalam teori sosial, sebuah komunitas yang eksis selalu dibentuk oleh klik atau kerumunan kecil, seperti itulah fenomena komunitas blogger. Dari “dunia bawah yang iseng“ tersebut menggurita menjadi komunitas yang bahkan mampu membuat para pengelola media mengkoreksi eksistensi mereka.

Kalangan pebisnis pun tersentak untuk kemudian mulai ikut melirik pasar kepada para komunitas blogger ini. Saat ini bahkan korporasi besar sekalipun hampir tidak mungkin lagi untuk sepenuhnya menebarkan arogansi terhadap produk dan layanan mereka. Blog mampu memobilisasi massa sedemikian rupa, sehingga cacat produk dan layanan menjadi begitu mudahnya tersebar. Bahkan kekuatan blog mampu mempengaruhi pilihan publik terhadap suatu produk dan jasa.

Kekuatan tersebut bermula dari munculnya teknologi yang memungkinkan seseorang untuk mempublikasikan pikirannya pada sebuah halaman web. Kelihatan sederhana? Memang. Namun, bukan itu masalahnya. Yang kemudian terjadi adalah halaman demi halaman yang berisi pikiran manusia itu terhubung satu dengan yang lain membentuk suatu kekuatan dan “peta pikiran“ yang besar dan terpola. Dan itu bisa dilakukan dengan biaya yang nyaris nol rupiah –karena banyaknya jasa weblog gratis di internet.

Lalu, dominasi mainstream media dan korporasi besar terhadap publik diam-diam tergerogoti. Fenomena blog perlahan tapi pasti telah menciptakan konsep baru tentang media massa. Tidak ada lagi penerbit yang berkuasa mengarahkan selera publik, karena dengan fenomena blog ini publik-lah yang “menciptakan media untuk massa”.

Tak hanya anak SMA maupun kuliahan yang keranjingan hobi nge-blog, kalangan artis papan atas seperti Dian Sastrowardoyo dan Sandra Dewi pun telah punya blog dengan nama mereka sendiri seperti http://blog.diansastrowardoyo.net/ .

Tak sedikit juga anak manusia biasa yang sukses lewat blog pribadinya. Yang paling fenomena adalah Raditya Dika sang anak muda penulis buku Kambing Jantan yang bukunya sempat menjadi best seller dua tahun belakangan ini. Ia dengan pakemnya dan gaya bahasanya sendiri sukses menciptkan tren baru di dunia blog. Di akhir tahun 2008 lalu, saya sempat bertemu Raditya Dika di Universitas Tirtayasa, Serang. Di sana dia memberi tips bagaimana sukses menjadi penulis lewat ngeblog.

Bahasa yang gua tulis di blog dan di buku, semuanya semau gua. Semuanya juga berdasarkan pengalaman pribadi yang pernah gua alami semasa sekolah dan kuliah. Nggak nyangka saja, masyarakat bisa menerima buku yang isinya sedikit gokil, konyol, nyeleneh dan keluar dari pakem EYD,” tutur Dika kepada saya.

Hubungan erat antar blogger yang ditunjang oleh mudahnya konektifitas antar tulisan, membentuk kekuatan besar yang mampu mempengaruhi opini publik. Teknologi untuk “membaca pikiran” dan membentuk opini itu pun sudah berkembang pesat. Intip sejenak Technorati. Ini bukan mesin pencari biasa, karena yang dicari bukanlah sekadar informasi di website sebagaimana search engine konvensional lainnya, tapi adalah: apa yang ada dalam pikiran seseorang saat ini.
Akhirnya tak ada pilihan lain selain berbaur dengan fenomena ini. Sebab blog merupakan sarana yang efektif untuk membangun komunikasi antara produsen dan konsumen.

Fenomena weblog memberikan kesan kepada kita bahwa ternyata di Indonesia geliat baca tulis di lapisan “masyarakat bawah” mulai terasa. Sehingga aktifitas internet telah berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu meng-edukasi kita semua.Walaupun seiring dengan itu, kalangan “hitam”tetap beraksi dengan memanfaatkan teknologi internet. Hal ini bukan sesuatu yang aneh, karena dalam sejarah perjalanan manusia, seiring dengan waktu, zaman boleh berganti, namun motif atau niatan akan tetap sama. Sehingga lahirlah peristiwa-peristiwa yang berbeda namun motifnya tetap sama. Kebaikan dan Kejahatan.

Selain itu Fenomena weblog juga memberikan pesan yang jelas kepada kita: untuk tidak menganggap remeh geliat media online, sekecil apapun. Kita harus segera memulai melakukan aktifitas di media online, apapun bentuknya. Karena tidak menutup kemungkinan di saat kita tengah berada dalam satu aktifitas di media online, kompetitor kita sudah melangkah lebih jauh ke teknologi dan fenomena berikutnya.

Kita tentu tidak ingin dipandang “goblok” oleh pelanggan dan kompetitor, hanya karena tidak “go…blog”, kan? Baca blog orang seharusnya mampu memotivasi kita untuk juga mau dan mampu membuat blog sendiri. So, ayo tunggu apalagi, ayo ngeblog!.